Jumat, 18 Juli 2025

BANYAK REMAJA ALAMI MASALAH KESEHATAN MENTAL MAHASIAWA YANG PALING TERDAMPAK

 Halo Teman-teman

 Perkenalkan saya Lusia Putri, Sebagai mahasiswa Stikes Panti Rapih dari prodi Sarjana Keperawatan saat ini saya mahasiswa semester 2 yang sedang menjalani tugas kuliah dari matkul Digital Literasi dan Big Data. Di sini saya akan menampilkan data-data dari para mahasiswa yang peduli dengan kesehatan mentalnya dan gaya hidup yang sehat, saya tertarik untuk mengangkat pentingnya keseimbangan dalam pola tidur, pola makan, interaksi sosial, serta kesehatan mental dan perasaan. Alasan saya mengapa mengangkat tema tersebut karena saya ingin semua siswa dapat menjaga kesehatan mentalnya dan dapat menjalani hari-harinya dengan baik. Melalui artikel ini, saya berharap dapat memberikan wawasan dan tips praktis agar pembaca dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia secara menyeluruh.

Sebelumnya di sini ada seputar informasi tentang Stikes Panti Rapih.

STIKES Panti Rapih: Membangun Tenaga Kesehatan Profesional dan Berintegritas. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Panti Rapih juga adalah salah satu institusi pendidikan tinggi kesehatan yang berlokasi di Yogyakarta, Indonesia. STIKES ini memiliki komitmen yang kuat dalam mencetak tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara akademik, namun juga memiliki sikap profesional dan etika yang tinggi. Didirikan dengan tujuan mendukung kebutuhan dunia kesehatan, STIKES Panti Rapih menawarkan berbagai program studi kedokteran dan kesehatan yang terakreditasi serta didukung oleh fasilitas pembelajaran modern. Selain itu, lembaga ini juga aktif dalam melakukan pengabdian masyarakat dan penelitian guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

 Berikut adalah penjelasan dari gambar yang ada di bawah:

Yogyakarta, 18 Juli 2025 Sebuah survei yang melibatkan 89 remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami tantangan dalam menjaga kesehatan mental mereka selama seminggu terakhir. Survei ini dilakukan oleh Kelompok 6B dalam rangka literasi digital dan pemanfaatan big data. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (76,4%) dan sebagian besar merupakan pelajar (59,5%). Masalah kesehatan mental yang paling banyak dilaporkan meliputi kehilangan kepercayaan diri, perasaan tidak berharga, hingga merasa lebih rendah dari orang lain, dengan 47,2% responden mengaku kadang-kadang mengalaminya.Masalah pola tidur juga menjadi sorotan utama.

 Sebanyak 58,4% responden mengalami pola tidur yang tidak teratur, yang sering kali dipicu oleh tekanan akademik maupun emosional. Selain itu, 52,8% responden juga mengalami pola makan yang tidak teratur akibat stres, kecemasan, dan depresi. Salah satu dampak lanjutan dari kondisi ini adalah terganggunya hubungan sosial. Sekitar 43,8% responden merasa kesulitan berkomunikasi dengan orang lain saat mereka mengalami tekanan emosional, sedangkan 37,1% lainnya merasa tidak mampu menjalin hubungan sosial yang sehat. Menariknya, hanya 15,7% remaja yang yakin bisa mengelola kondisi mental mereka dengan baik. Mayoritas (58,4%) justru merasa tidak yakin atau kurang mampu dalam mengelola kesehatan mentalnya sendiri. Kesimpulannya, kelompok peneliti menekankan pentingnya dukungan emosional dan psikologis bagi remaja, terutama dari lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Mereka juga mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental remaja, agar generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bahagia, dan produktif.






 "Potret Calon Mahasiswa Baru STIKes Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2022–2025"

Potret Calon Mahasiswa Baru STIKes Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2022–2025
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Panti Rapih Yogyakarta telah merilis data profil calon mahasiswa baru untuk periode 2022–2025. Data ini memberikan gambaran komprehensif mengenai latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, tahun penerimaan, hingga program studi pilihan para calon siswa.

1. Dominasi Lulusan SMA
Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir, sebagian besar calon siswa berasal dari lulusan SMA, yakni sebanyak 1.495 orang atau 80,8% dari total pendaftar. Sementara itu, lulusan D3 tercatat sebanyak 344 orang (18,6%) dan lulusan S1 hanya 11 orang (0,6%). Hal ini menunjukkan bahwa program pendidikan di STIKes Panti Rapih lebih diminati oleh lulusan SMA yang ingin melanjutkan studi di bidang kesehatan.

2. Agama Calon Mahasiswa
Distribusi agama calon siswa menunjukkan bahwa sebagian besar beragama Katolik, yakni sebanyak 895 orang (48,4%). Diusulkan oleh pemeluk Islam sebanyak 592 orang (32%) dan Kristen sebanyak 348 orang (18,8%). Sisanya beragama Hindu, Budha, dan Konghucu dengan jumlah yang sangat kecil.

3. Dodominasi Mahasiswa Perempuan
Komposisi jenis kelamin calon siswa menunjukkan dominasi perempuan sebanyak 1.587 orang (85,8%). Sedangkan pelajar laki-laki hanya sebanyak 263 orang (14,2%). Data ini sejalan dengan tren nasional di mana program studi kesehatan lebih banyak diminati oleh perempuan.

4. Tahun Kelulusan
Tahun kelulusan calon mahasiswa menunjukkan peningkatan signifikan pada tahun 2023, dengan 481 orang lulusan. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya: 68 orang (2020), 167 orang (2021), dan 413 orang (2022). Hal ini menunjukkan tren meningkatnya minat siswa lulusan terbaru untuk melanjutkan studi di STIKes Panti Rapih.

5. Pilihan Program Studi Favorit
Program studi yang paling banyak dipilih sebagai pilihan pertama adalah Sarjana Keperawatan dengan 1.297 orang pendaftar. Disusul oleh Sarjana Gizi sebanyak 317 orang, dan D3 Keperawatan sebanyak 236 orang. Data ini menunjukkan bahwa profesi perawat masih menjadi pilihan utama bagi banyak calon mahasiswa di bidang kesehatan.

6. Rekomendasi Strategi Promosi
Berdasarkan data yang ada, direkomendasikan agar STIKes Panti Rapih meningkatkan promosi ke sekolah-sekolah, baik SMA maupun SMK, untuk menarik lebih banyak calon siswa. Strategi ini dapat dilakukan melalui kerja sama dengan sekolah-sekolah tersebut, serta penyelenggaraan kegiatan yang mengenalkan kampus dan program studi unggulan STIKes Panti Rapih.

Berikut di bawah ini adalah gambar infografis dari Potret Calon Mahasiswa Baru di Stikes Panti Rapih:



Sumber:Chat GPT                                                                                                    


Kamis, 10 Juli 2025

Pariwisata, Media, dan Era Pasca Pandemi

 


Industri pariwisata Namibia berangsur pulih dari dampak pandemi menyusul berakhirnya pandemi Covid-19 pada 2021. Salah satu yang ditengarai menjadi pendorong pariwisata adalah media informasi. Artikel ini membahas tentang konstruksi pariwisata Namibia di Era Pasca Pandemi oleh media Namibia. Penelitian ini mengambil sampel data dari website berjudul “Namibia Endless Horizons” yang dapat diakses melalui alamat website resmi visitnambia.com.na dengan menggunakan Critical Discourse Analysis (CDA) Norman Fairclough. Media tidak sekedar menyampaikan informasi tetapi sekaligus mengkonstruksi realitas. Realitas dalam hal ini adalah pariwisata di Namibia dan tagline yang mewakili citra dan identitas Namibia kepada wisatawan.

Setelah berakhirnya pandemi Covid-19 pada tahun 2021, industri pariwisata Namibia secara bertahap pulih dari dampak pandemi, dengan peningkatan kedatangan wisatawan dan penyusunan Rencana Pemulihan Pariwisata oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan, dan Pariwisata di Namibia. Salah satu hal yang diduga menjadi unsur pendorong pariwisata adalah informasi yang dibentuk oleh media. Liputan media dapat berperan penting dalam meningkatkan pariwisata. Liputan media yang positif dapat menciptakan kesadaran tentang suatu destinasi, membangkitkan minat wisatawan, dan mendorong mereka untuk berkunjung.

Pada artikel ini dilakukan analisis wacana terhadap website-website yang membahas tentang pariwisata di Namibia. Media tidak sekedar menyampaikan informasi tetapi sekaligus mengkonstruksi realitas. Realitas dalam hal ini adalah pariwisata di Namibia. Melalui sintesis tagline “Liberating, Soulful, Rugged, Natural”, diksi, dan gambar pada website visitnamibia.com.na, Namibia hadir sebagai destinasi wisata yang berfokus pada wisata alam bebas.

Mengoptimalkan Potensi Upcycle dan Recycle untuk Lingkungan yang Lebih Baik

 



Industri fashion dikenal sebagai industri yang tidak berkelanjutan dan merusak lingkungan, berdampak besar pada lingkungan selama proses produksi, penjualan, dan konsumsi (Kim, Jung, & Lee, 2021). Konsumsi pakaian dan alas kaki di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 3,4% setiap tahunnya, mencapai 102 juta ton pada tahun 2030 dari titik awal 62 juta ton pada tahun 2015 menurut proyeksi Worldwide Fashion Agenda (GFA) dan Boston Consulting Group (BCG) (Kerr & Landry, 2017). Namun, tren daur ulang limbah tekstil saat ini hanya sekitar 12%. Pada tahun 2050, industri fashion diperkirakan akan menyumbang 25% dari emisi karbon global (Kim et al., 2021). Oleh karena itu, solusi berkelanjutan untuk mengurangi penggunaan sumber daya dan limbah yang meningkat dari industri fashion semakin penting.

Upcycle dan recycle telah menjadi solusi berkelanjutan, menurut Grappi, Bergianti, Gabrielli, dan Baghi (2024). Mereka juga menunjukkan bahwa industri, warga, dan ilmuwan yang peduli lingkungan masih memperhatikannya. Kekhawatiran yang meningkat tentang ketersediaan sumber daya dan volume limbah yang meningkat mendorong kecenderungan ini. Implementasi metode daur ulang dan upcycle dalam konsumsi pakaian yang berkelanjutan sangat penting untuk memperpanjang umur pakaian dan bahan tersebut, secara signifikan mengurangi jumlah limbah, mendorong ekonomi sirkular, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan (Grappi et al., 2024; Park & Lin, 2020).

Secara keseluruhan, penelitian ini meningkatkan pengetahuan kita tentang alasan mengapa orang menggunakan pakaian berkelanjutan. Ini menunjukkan hubungan yang kompleks antara sikap, motivasi internal, dan niat untuk membeli. Studi ini sangat berguna bagi para profesional industri fashion dan pembuat kebijakan yang ingin mendorong praktik berkelanjutan dan keterlibatan konsumen untuk menciptakan industri fashion yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan peduli lingkungan sebagai tanggapan terhadap masalah lingkungan yang disebabkan oleh fast fashion.

Pentingnya Kesehatan Mental di Dunia Kerja dan Cara Mengelolanya

 


Belakangan ini, isu kesehatan mental sering diperbincangkan oleh banyak kalangan, salah satunya di dunia kerja. Di lingkungan kerja sendiri, kesehatan mental yang stabil dan terjaga akan membuat para karyawan lebih bahagia dan produktif dalam bekerja. Hal ini didorong oleh perusahaan serta para atasan yang suportif dan apresiatif, sehingga para karyawan menjadi lebih semangat dalam mencapai target perusahaan serta menimbun ilmu dari pekerjaan yang dilakukan. 

Menurut Celestinus Eigya Munthe selaku Direktur Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan, terjadi peningkatan gangguan kesehatan mental saat pandemi terjadi di tahun 2020, seperti 6,8% meningkatnya penderita gangguan kecemasan dan 8,5% mengalami depresi. Kemudian, Kementerian Kesehatan RI juga mencatat bahwa lebih dari 1.000 orang melakukan percobaan bunuh diri. Munculnya gangguan kesehatan jiwa ini berawal dari burnout yang berkepanjangan.

Dalam dunia kerja, hal ini dipicu oleh banyaknya tekanan dari perusahaan yang berimbas secara psikologis dan emosional pekerja. Kemudian, terjadilah gejala psikosomatis yang mempengaruhi kesehatan fisik tubuh. Misalnya, rasa sakit perut hingga mual dan muntah saat perjalanan kantor, sakit kepala menjelang tidur malam.

Tanda-tanda pekerja mengalami gangguan kesehatan mental

Menurut Jasmine Patel dalam peoplescout.com, berikut adalah tanda-tanda karyawan yang sedang mengalami stres dan gangguan kesehatan pada mental mereka:

  • Rendahnya produktivitas dan motivasi untuk bekerja.
  • Mood karyawan mudah sekali berubah, seperti mudah nervous, mudah tersinggung, banyak diam.
  • Absen dalam beberapa hari. Bisa dengan alasan sakit, akan tetapi karyawan sedang butuh istirahat dan menghindari berbagai hal yang dapat menyerang mentalnya di kantor. 
  • Emosional pekerja tidak stabil, bisa sedih hingga berhari-hari.
  • Menghindar dari interaksi sosial di kantor, baik dengan para atasan maupun rekan tim. Hal ini dikarenakan rasa takut berlebih jika obrolan akan menyinggung kepada kinerja dan suasana hati yang sedang tidak baik. 
  • Sulit tidur karena memikirkan hal seperti apa yang akan terjadi di esok hari.

 

Cara mengelola kesehatan mental yang terganggu dari diri sendiri

Berikut beberapa contoh healing yang bisa kamu coba untuk relaksasi jiwa dan raga.

  • Membiasakan diri untuk hidup work life balance, yaitu menjalani kehidupan personal dan pekerjaan dengan seimbang.
  • Olahraga untuk membangun kesehatan fisik dan memperbaiki mood, minimal 3 kali dalam seminggu. Cobalah untuk tersenyum saat dan setelah olahraga, ya!
  • Makan makanan yang sehat dan penuh gizi, tapi tetap lezat!
  • Luangkan waktu untuk melakukan hobi yang kamu suka. Bisa kamu coba di hari libur kerja, atau setelah jam kerja.
  • Menjalin komunikasi dengan keluarga, sahabat, dan orang terkasih dengan obrolan yang positif. 

 

Cara perusahaan mengelola kesehatan mental karyawan 

Lalu, bagaimana cara perusahaan dalam membantu para karyawan agar selalu terjaga kesehatan mental mereka?

  • Membuat program asistensi karyawan sebagai review apa saja kendala, kritik, serta saran para karyawan selama bekerja di perusahaan. Program ini gratis, tim manajemen bisa mengumpulkan berbagai testimoni kerja karyawan melalui email, telepon, atau pertemuan tatap muka. 
  • Memberlakukan sistem kerja work from home atau hybrid dengan jam kerja yang fleksibel. Dikutip dari supportroom.com, studi dari The Bupa di Inggris menyatakan bahwa sistem kerja ini sangat membantu mengontrol mental karyawan dalam bekerja. 
  • Menyediakan jasa konsultasi bersama psikolog yang biayanya ditanggung oleh perusahaan. 
  • Memberi fasilitas asuransi kepada karyawan. Di Indonesia umumnya perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan para pekerja menyediakan fasilitas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. 
  • Tim keuangan perusahaan bersedia menerima pengembalian dana ke karyawan jika berobat ke psikolog atau psikiater. 

Suasana dan lingkungan di dunia kerja sangatlah kompleks dan kita tidak bisa duga sebelumnya. Jika perusahaan tempat kamu bekerja tidak memberikan ruang kesejahteraan dengan jelas, para atasan yang memiliki ekspektasi tinggi terhadap kerjamu, ditambah lagi dengan segala kerumitan pekerjaan yang membuatmu lelah secara mental hingga mengalami gangguan, kamu sangatlah butuh bantuan.

)

BANYAK REMAJA ALAMI MASALAH KESEHATAN MENTAL MAHASIAWA YANG PALING TERDAMPAK

 Halo Teman-teman  Perkenalkan saya Lusia Putri, Sebagai mahasiswa Stikes Panti Rapih dari prodi Sarjana Keperawatan saat ini saya mahasiswa...