Halo Teman-teman
Perkenalkan saya Lusia Putri, Sebagai mahasiswa Stikes Panti Rapih dari prodi Sarjana Keperawatan saat ini saya mahasiswa semester 2 yang sedang menjalani tugas kuliah dari matkul Digital Literasi dan Big Data. Di sini saya akan menampilkan data-data dari para mahasiswa yang peduli dengan kesehatan mentalnya dan gaya hidup yang sehat, saya tertarik untuk mengangkat pentingnya keseimbangan dalam pola tidur, pola makan, interaksi sosial, serta kesehatan mental dan perasaan. Alasan saya mengapa mengangkat tema tersebut karena saya ingin semua siswa dapat menjaga kesehatan mentalnya dan dapat menjalani hari-harinya dengan baik. Melalui artikel ini, saya berharap dapat memberikan wawasan dan tips praktis agar pembaca dapat menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia secara menyeluruh.
Sebelumnya di sini ada seputar informasi tentang Stikes Panti Rapih.
STIKES Panti Rapih: Membangun Tenaga Kesehatan Profesional dan Berintegritas. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Panti Rapih juga adalah salah satu institusi pendidikan tinggi kesehatan yang berlokasi di Yogyakarta, Indonesia. STIKES ini memiliki komitmen yang kuat dalam mencetak tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara akademik, namun juga memiliki sikap profesional dan etika yang tinggi. Didirikan dengan tujuan mendukung kebutuhan dunia kesehatan, STIKES Panti Rapih menawarkan berbagai program studi kedokteran dan kesehatan yang terakreditasi serta didukung oleh fasilitas pembelajaran modern. Selain itu, lembaga ini juga aktif dalam melakukan pengabdian masyarakat dan penelitian guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Berikut adalah penjelasan dari gambar yang ada di bawah:
Yogyakarta, 18 Juli 2025 Sebuah survei yang melibatkan 89 remaja menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami tantangan dalam menjaga kesehatan mental mereka selama seminggu terakhir. Survei ini dilakukan oleh Kelompok 6B dalam rangka literasi digital dan pemanfaatan big data. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan (76,4%) dan sebagian besar merupakan pelajar (59,5%). Masalah kesehatan mental yang paling banyak dilaporkan meliputi kehilangan kepercayaan diri, perasaan tidak berharga, hingga merasa lebih rendah dari orang lain, dengan 47,2% responden mengaku kadang-kadang mengalaminya.Masalah pola tidur juga menjadi sorotan utama.
Sebanyak 58,4% responden mengalami pola tidur yang tidak teratur, yang sering kali dipicu oleh tekanan akademik maupun emosional. Selain itu, 52,8% responden juga mengalami pola makan yang tidak teratur akibat stres, kecemasan, dan depresi. Salah satu dampak lanjutan dari kondisi ini adalah terganggunya hubungan sosial. Sekitar 43,8% responden merasa kesulitan berkomunikasi dengan orang lain saat mereka mengalami tekanan emosional, sedangkan 37,1% lainnya merasa tidak mampu menjalin hubungan sosial yang sehat. Menariknya, hanya 15,7% remaja yang yakin bisa mengelola kondisi mental mereka dengan baik. Mayoritas (58,4%) justru merasa tidak yakin atau kurang mampu dalam mengelola kesehatan mentalnya sendiri. Kesimpulannya, kelompok peneliti menekankan pentingnya dukungan emosional dan psikologis bagi remaja, terutama dari lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat. Mereka juga mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental remaja, agar generasi muda dapat tumbuh menjadi pribadi yang sehat, bahagia, dan produktif.